Asbabun Nuzul Surat At-Tahrim Ayat 1 - Minum Madu Halal

Ayat di atas turun berkenaan dengan Nabi yang menyatakan tidak akan lagi meminum madu, hanya karena ingin menyenangkan hati istri-istrinya. Dari ucapan itu terkesan bahwa Nabi ingin mengharamkan dirinya mengonsumsi bahan pangan yang dihalalkan Alla

  1. عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَمْكُثُ عِنْدَ زَيْنَبَ ابْنَةِ جَحْشٍ، وَيَشْرَبُ عِنْدَهَا عَسَلاً، فَتَوَاصَيْتُ أَنَا وَحَفْصَةُ أَنَّ أَيَّتَنَا دَخَلَ عَلَيْهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَلْتَقُلْ إِنِّي أَجِدُ مِنْكَ رِيحَ مَغَافِيرَ، أَكَلْتَ مَغَافِيرَ فَدَخَلَ عَلَى إِحْدَاهُمَا فَقَالَتْ لَهُ ذَلِكَ، فَقَالَ: ‏" لاَ بَلْ شَرِبْتُ عَسَلاً عِنْدَ زَيْنَبَ ابْنَةِ جَحْشٍ وَلَنْ أَعُودَ لَهُ "‏‏.‏ فَنَزَلَتْ ‏(‏يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ‏)‏ إِلَى ‏(‏إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ‏)‏ لِعَائِشَةَ وَحَفْصَةَ ‏(‏وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ)‏ لِقَوْلِهِ ‏"‏ بَلْ شَرِبْتُ عَسَلاً ‏"‏‏. (1)

    Ahu ‘alaihi wasallam bermalam dan minum madu di rumah Zainab binti Jah}sy, aku dan H{afs}ah sepakat bahwa siapa saja di antara kami berdua yang nantinya diinapi oleh Nabi harus berkata kepada beliau, ‘Aku mencium bau maga>fi>r—getah pohon tertentu yang rasanya mirip madu namun baunya sangat menyengat— darimu; apakah engkau habis memakannya?’” Benar saja, ketika Nabi menginap di rumah salah satu dari mereka berdua, ia pun mengatakan hal itu. Beliau menjawab, ‘Tidak. Aku baru saja minum madu di rumah Zainab binti Jah}sy. Kalau begitu, aku selamanya tidak akan mengulangi (meminumnya) lagi.’ Berkaitan dengan hal ini turunlah ayat, ya> ayyuhan-nabiyyu lima tuh}arrimu ma> ah}allalla>hu laka …hingga firman-Nya, in tatu>ba> ilalla>h—yakni 'A ba‘d}i azwa>jihi> h}adi>s\a>—yakni ucapan beliau, “Tidak. Aku baru saja minum madu.”


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Diriwayatkan oleh al-Bukha>riy dan Muslim. Lihat: al-Bukha>riy, S{ah}i>h}} al-Bukha>riy, dalam Kita>b at}-T{ala>q, Ba>b lima Tuh}arrim ma> Ah}allallla>h, hlm. 1341–1342, hadis nomor 5267 dan Kita>b al-Aima>n wa an-Nuz\u>r, Ba>b iz\a> H{arram T{a‘a>man, hlm. 1657, hadis nomor 6691; Muslim, S{ah}i>h}} Muslim, dalam Kita>b at}-T{ala>q, Ba>b Wuju>b al-Kaffa>rah ‘ala> man H{arram Imra’atah wa lam Yanwi at}-T{ala>q, juz 2, hlm. 1100–1101, hadis nomor 1474. Muh}ammad Fu’a>d ‘Abdul-Ba>qi> dalam tah}qi>q-nya atas S{ah}i>h}} Muslim mengatakan bahwa ada kejadian lain yang dianggap melatarbelakangi turunnya ayat ini. Suatu hari, H{afs}ah memergoki Nabi berduaan dengan Ma>riyah al-Qibt}iyyah di rumah H{afs}ah, padahal hari itu adalah hak H{afs}ah untuk diinapi Nabi. Karena itu Nabi berjanji tidak akan lagi berhubungan dengan mengharamkan Ma>riyah. Nabi berpesan kepada H{afs}ah untuk tidak menceritakan kejadian itu kepada siapa pun, tetapi ternyata ia tidak tahan untuk tidak bercerita kepada 'Ad}i>, Muh}ammad Fu’a>d ‘Abdul-Ba>qi> mengatakan, sebab nuzul ayat di atas yang benar adalah kisah diharamkannya madu oleh Nabi karena diriwayatkan melalui jalur yang sahih oleh al-Bukha>riy dan Muslim. Adapun kisah Ma>riyah tidak diriwayatkan melalui jalur yang sahih sehingga tidak bisa dijadian acuan.