Asbabun Nuzul Surat Al-Maidah Ayat 11 - Imam as Suyuthi : Keistimewaan Yang Allah Berikan Kepada Orang Yang Beriman

  1. “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal.”
    Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah dan Yazid bin Abi Ziyad dan lafazh ini miliknya bahwasanya pada suatu hari Nabi S keluar dengan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhal, dan Abdurrahman bin Auf menuju kediaman Ka’ab bin Asyraf dan orang-orang Yahudi Bani Nadhir untuk meminta bantuan dalam melunasi diyat yang harus beliau bayar. Lalu mereka berkata, “Baiklah, Sekarang duduklah dahulu dan kami akan menjamumu. Setelah itu kami akan memberikan apa yang engkau minta.” lalu Rasulullah pun duduk menunggu. Diam-diam Huyai bin Akhtab berkata kepada teman-temannya, “Kalian tidak pernah melihat ia sedekat sekarang ini. lemparkanlah batu ke tubuhnya, maka kalian akan dapat membunuhnya. Setelah itu, kalian tidak akan pernah melihat keburukan lagi untuk selamanya.”
    Teman-teman Huyai pun mengambil batu gilingan yang besar untuk dilemparkan ke tubuh Nabi. Tapi Allah menahan tangan mereka hingga Jibril datang dan menyuruh Nabi S meninggalkan tempat itu. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya.”
    Ibnu Jarir meriwayatkan hadits serupa dari Abdullah bin Abu Bakar,
    Ashim bin Umair bin Qatadah, Mujahid, Abdullah bin Katsir, dan Abu Malik. (1) Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Qatadah bahwasanya ia berkata, “Kami mendengar bahwa ayat ini diturunkan kepada Rasulullah ketika beliau berada di tengah kebun kurma ketika perang ketujuh. Ketika itu orang-orang Bani Tsa’labah dan Bani Muharib ingin membunuh Nabi
    Mereka mengutus seorang lelaki dari Arab pedalaman (badui). Orang Arab pedalaman itu mendatangi Nabi ketika beliau sedang tertidur di sebuah rumah. Lalu ia mengambil senjata beliau dan membangunkan beliau. Lalu dia berkata: “Sekarang siapakah yang dapat menghalangiku untuk membunuhmu?” Rasulullah dengan tenang menjawab: “Allah.” Lalu orang Arab pedalaman itu pun menyarungkan kembali pedangnya dan Rasulullah tidak menghukumnya.”
    Abu Nu’aim meriwayatkan dalam kitab Dalail Art-Nubuwwah dari jalur Hasan dari Jabir bin Abdullah bahwasanya seseorang dari bani Muharib yang bernama Gaurats bin Harits berkata kepada kaumnya, “Aku akan membunuh Muhammad untuk kalian”, kemudian Dia pun mendatangi Rasulullah yang ketika itu sedang duduk sambil memangku pedangnya. Lalu Ghauts berkata, “Wahai Muhammad, bolehkah aku melihat pedangmu itu?” Rasulullah menjawab, “Ya silakan.” Lalu Ghauts mengambil pedang itu dan menghunusnya. Kemudian ia mengibas-ngibaskan pedang itu dan ingin membunuh Nabi Namun Allah menahannya.
    Lalu dia berkata, “Wahai Muhammad, apakah engkau tidak takut?” Dengan tenang Rasulullah menjawab, “Tidak.” Ghauts kembali bertanya, “Apakah engkau tidak takut kepadaku sedangkan pedangmu ada di tanganku?” Rasulullah menjawab kembali, “Tidak, aku tidak takut. Allah menghalangimu untuk berbuat buruk terhadapku.” Kemudian Ghauts menyarungkan pedang itu dan mengembalikannya kepada Rasulullah. Lalu Allah menurunkan ayat ini.” (2)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    1. Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya (2/45) dan lihat kitabnya Al-Bidayah wa An-Nihayah (4/74) dan kitab Zad Al-Maad (2/109) dan Ibnu Jarir (6/93-94) dari Ikrimah dan Mujahid.
    2. Disebutkan oleh Ibnu Katsir (2/47) dan ia berkata, “Kisah ini tsabit dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim. Lihat Al-Bukhari (4139) dalam Bab Al-Maghazi, Muslim (13/843) dalam Bab At- Tafsir, dan Ibnu Hajar berkata, “Al-Wahidi mengatakan bahwa dalam kisah ini, nama seorang badui tersebut adalah Da’tsur, dan ia masuk Islam, akan tetapi jelas dari ucapannya bahwa ini adalah dua kisah dalam dua peperangan.” (428/7). Fath Al-Bari (7/428).
    Al-Qurthubi telah menyebutkan bahwsanya namanya adalah Da’tsur bin Harts. Dan ia berkata juga bahwasanya ia adalah Amru bin Jahsy dan ia adalah saudara dari Bani Nadhir. Lihat (3/2209).