Asbabun Nuzul Surat At-Taubah Ayat 84 - Larangan Mensholati Jenazah Orang Munafik

Ketika pembesar munafik bernama ‘Abdullah bin Ubay meninggal, putranya meminta Nabi menyalati jenazah ayahnya. Nabi pun menuruti permintaan itu. Tidak lama berselang, turunlah ayat di atas sebagai teguran atas tindakan Nabi tersebut.

  1. عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لَمَّا تُوُفِّيَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ جَاءَ ابْنُهُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعْطِنِي قَمِيصَكَ أُكَفِّنْهُ فِيهِ وَصَلِّ عَلَيْهِ وَاسْتَغْفِرْ لَهُ فَأَعْطَاهُ قَمِيصَهُ وَقَالَ إِذَا فَرَغْتَ مِنْهُ فَآذِنَّا فَلَمَّا فَرَغَ آذَنَهُ بِهِ فَجَاءَ لِيُصَلِّيَ عَلَيْهِ فَجَذَبَهُ عُمَرُ فَقَالَ أَلَيْسَ قَدْ نَهَاكَ اللَّهُ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى الْمُنَافِقِينَ فَقَالَ (اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ } فَنَزَلَتْ { وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ) فَتَرَكَ الصَّلَاةَ عَلَيْهِمْ. (1)

    ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Ketika ‘Abdullah bin Ubay meninggal, putranya (‘Abdullah bin ‘Abdullah bin Ubay) datang menemui Nabi salaihi wasallam. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, perkenankanlah aku meminta bajumu untuk mengafani ayahku. Salatilah dia dan mintakanlah ampunan untuknya.’ Rasulullah pun memberikan bajunya sambil berpesan, ‘Bila engkau sudah selesai mengafaninya, beritahu aku.’ Usai mengafani ayahnya, ‘Abdullah pun memberitahu Nabi. Ketika beliau beranjak untuk menyalatinya, ‘Umar menarik beliau dan berkata, ‘Bukankah Allah telah melarangmu menyalati orang-orang munafik?’ Rasulullah menjawab, ‘(Aku diberi dua pilihan oleh Allah, yakni memintakan ampun bagi mereka atau tidak, melalui firman-Nya, penerj.), istagfir lahum au la tastagfir lahum in tastagfir lahum sab‘ina marratan falan yagfirallahu lahum. (Andai aku tahu bahwa Allah akan mengampuninya bila aku memintakan ampunan lebih dari tujuh puluh kali, pasti akan aku lakukan.’ Rasulullah lalu menyalatinya, penerj.).137 Pada peristiwa ini turunlah firman Allah, wala tusalli ‘ala ahadin minhum mata abadan wala taqum ‘ala qabrih. Setelah itu Rasulullah tidak lagi mau menyalati jenazah orang-orang munafik.”



     


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Diriwayatkan oleh al-Bukha>riy dan Muslim. Lihat: al-Bukha>riy, S{ah}i>h}} al-Bukha>riy, dalam Kita>b at-Tafsi>r, Ba>b wa la> Tus}alli ‘ala> Ah}adin Minhum Ma>ta Abada>, hlm. 1152, hadis nomor 4672; Muslim, S{ah}i>h}} Muslim, dalam Kita>b h}ifa>t al-Muna>fiqi>n wa Ah}ka>mihim, hlm. 2141, hadis nomor 2774.