Asbabun Nuzul Surat Sad Ayat 1-7 - Respons Terhadap Penolakan Kaum Quraisy terhadap Ajakan Nabi Muhammad untuk Mengakui Keesaan Allah

Ayat ini turun dilatarbelakangi oleh peristiwa yang terjadi ketika Nabi menjenguk Abu> t}a>lib yang sedang sakit keras. Ketika Nabi mengungkapkan keinginannya agar kaum Quraisy mengakui tiada Tuhan selain Allah, mereka mengejeknya dan mengatakan bahwa hal itu tidak pernah mereka dengar dalam ajaran agama yang terakhir (Nasrani).

  1. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ مَرِضَ أَبُو طَالِبٍ فَجَاءَتْهُ قُرَيْشٌ وَجَاءَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَعِنْدَ أَبِي طَالِبٍ مَجْلِسُ رَجُلٍ فَقَامَ أَبُو جَهْلٍ كَىْ يَمْنَعَهُ وَشَكَوْهُ إِلَى أَبِي طَالِبٍ فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِي مَا تُرِيدُ مِنْ قَوْمِكَ قَالَ:‏ إِنِّي أُرِيدُ مِنْهُمْ كَلِمَةً وَاحِدَةً تَدِينُ لَهُمْ بِهَا الْعَرَبُ وَتُؤَدِّي إِلَيْهِمُ الْعَجَمُ الْجِزْيَةَ‏.‏ قَالَ كَلِمَةً وَاحِدَةً؟ قَالَ: ‏ كَلِمَةً وَاحِدَةً. ‏قَالَ: يَا عَمِّ يَقُولُوْا لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ‏.‏ فَقَالُوا‏:‏ إِلَهًا وَاحِدًا‏؟‏ ما سَمِعْنَا بِهَذَا فِي الْمِلَّةِ الآخِرَةِ إِنْ هَذَا إِلاَّ اخْتِلاَقٌ. قَالَ: فَنَزَلَ فِيهِمُ الْقُرْآنُ:‏ ‏(‏ص، وَالْقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ، بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ‏)‏ إِلَى قَوْلِهِ‏:‏ ‏(‏ما سَمِعْنَا بِهَذَا فِي الْمِلَّةِ الآخِرَةِ إِنْ هَذَا إِلاَّ اخْتِلاَقٌ‏). (1)

    Ibnu ‘Abba>s berkata, “Ketika Abu> T{a>lib sakit, orang-orang Quraisy datang menjenguknya. Nabi pun tidak ketinggalan menjenguknya. Ketika beliau datang, di samping pembaringan Abu> T{a>lib tersisa tempat duduk yang hanya muat untuk satu orang. Abu> Jahl lalu bergegas menghalangi Nabi duduk di tempat itu. Mereka mengadukan Nabi kepada Abu> T{a>lib (mereka merasa risih Nabi mengolok-olok tuhan-tuhan mereka). Abu> T{a>lib lalu bertanya, ‘Wahai keponakanku, apa yang kauinginkan dari kaummu?’ Nabi menjawab, ‘Aku ingin mereka mengucapkan satu kalimat saja yang akan membuat orang Arab tunduk dan orang non-Arab bersedia membayar pajak kepada mereka.’ Abu> T{a>lib bertanya, ‘Hanya satu kalimat?’ Rasul menjawab, ‘Benar, hanya satu kalimat. Aku ingin mereka mengatakan la ila>ha illalla>h, wahai pamanku.’ Mendengar jawaban tersebut, mereka berkata, ‘Haruskah kami mengakui bahwa Tuhan Maha Esa? Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir (Nasrani). Ini hanya kedustaan yang engkau buat-buat.’ Berkaitan dengan peristiwa ini turunlah firman Allah, S{a>d, wal-qur’a>ni z\iz\-z\ikri balillaz\i>na kafaru> fi> ‘izzatin wasyiqa>q … hingga firman-Nya, ma> sami‘na> biha>z\a> fil-millatil-a>khirati in ha>z\a>a illakhtila>q.” (1)


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Sahih; diriwayatkan oleh Ah}mad, at-Tirmiz\iy, an-Nasa>’iy, dan al-H{a>kim; semuanya dari jalur al-A‘masy dari Yah}ya> bin ‘Uma>rah (terkadang disebut: bin ‘Abba>d) dari Sa‘i>d bin Jubir dari Ibnu ‘Abba>s. Sanad hadis ini diperdebatkan kesahihannya karena keberadaan Yah}ya> bin ‘Uma>rah. Menurut al-H{a>kim sanad hadis ini sahih namun tidak diriwayatkan oleh al-Bukha>riy dan Muslim. Pendapat ini disetujui oleh az\-Z|ahabiy. Hal yang sama dikemukakan oleh Ah}mad Sya>kir. Menurutnya, Yah}ya> adalah perawi tepercaya; Ibnu H{ibba>n memasukkannya ke dalam kategori perawi s\iqah, dan al-Bukha>riy menulis biografinya dalam at-Ta>ri>kh al-Kabi>r, dan ia tidak menyebutkan adanya celaan terhadap Yah}ya>. Karena itu Ah}mad Sya>kir menilai sanad hadis ini sahih. Lihat: Ah}mad, al-Musnad, tah}qi>q Ah}mad Sya>kir, juz 2, hlm. 483, hadis nomor 2008; an-Nasa>’iy, as-Sunan al-Kubra>, dalam Kita>b at-Tafsi>r, Ba>b Tafsi>r Su>rah S{a>d, juz 10, hlm. 233–234, hadis nomor 11372; al-H{a>kim, al-Mustadrak, dalam Kita>b at-Tafsi>r, Ba>b Tafsi>r Su>rah S{a>d, juz 2, hlm. 469, hadis nomor 3617.