Asbabun Nuzul Surat Al-Isra' Ayat 76 - Imam as Suyuthi : Orang-Orang Berkata Kepada Nabi, Bahwa Jika Dirinya Benar-Benar Nabi Maka Seharusnya Ada Di Syam. Karena Syam Adalah Tempat Dibangkitkannya Manusia Dan Tanah Para Nabi

  1. “Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Makkah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja.”
    Ibnu Abi Hatim dan Al-Baihaqi dalam Ad-Dala'il meriwayatkan dari Syahr bin Hausyab dari Abdurrahman bin Ghanam bahwasanya orang- orang Yahudi mendatangi Nabi Mereka berkata kepada beliau, “Jika engkau seorang nabi, semestinya berada di Syam. Sebab, Syam adalah bumi nanti dibangkitkannya manusia dan tanah para nabi.” Rasulullah S membenarkan perkataan mereka. Beliau lalu berperang di tanah Tabuk dengan tujuan menguasai Syam. Ketika sampai di Tabuk, Allah menurunkan beberapa ayat dari surat Bani Israil sampai dengan ayat, “Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Makkah) untuk mengusirmu daripadanya.” Allah memerintahkan kepada beliau untuk kembali ke Madinah dan berkata, “Di sanalah engkau hidup. Di sana engkau mati, dan di sana engkau dibangkitkan.” (1) Jibril berkata kepada beliau, “Mintalah kepada Tuhanmu, karena sesungguhnya setiap nabi pasti memiliki permintaan.” Beliau menjawab, “Apa yang engkau perintahkan kepadaku untuk aku minta?" Jibril menjawab, “Dan katakanlah, “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. ”(A1-Isra': 80) Ayat-ayat tersebut turun berkenaan dengan kembalinya beliau dari Tabuk. (2) Hadits tersebut sanadnya dha’if, tetapi memiliki penguat dari hadits mursal yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abi Hatim. Adapun lafazhnya adalah sebagai berikut; orang-orang musyrik berkata kepada Nabi “Dahulu para nabi tinggal di Syam, kenapa engkau tinggal di Madinah.” Beliau lalu berniat untuk tinggal di Syam, maka turunlah ayat tersebut.
    Hadits ini memiliki jalur periwayatan secara mursal yang lain dari Ibnu Jarir, disebutkan bahwsanya orang-orang Yahudi yang mengatakan itu kepada beliau. (3)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    1. Dha’if: Disebutkan oleh Ibnu Katsir (3/77) dan Al-Baihaqi, 2/271-272 dalam Ad-Dala'il. Ibnu Katsir merajihkan pendapat yang menyatakan bahwa ayat tersebut turun ketika beliau kembali dari Tabuk. Al-Qurthubi (5/4029) mengatakan bahwa ayat tersebut turun ketika penduduk kota Makkah berniat mengusir beliau. Seandainya mereka mengusir beliau, niscaya Allah tidak akan menunda siksa. Akan tetapi Allah memerintahkan beliau untuk berhijrah sehingga beliau kemudian keluar meninggalkan rumahnya. Inilah pendapat yang lebih shahih.
    2. Ahmad (1/223) meriwayatkannya dalam Al-Musnad, dan begitu pula Ibnu Juraij (15/100)
    3. Lihat sebelumnya.