Merealisasikan Gotong Royong Sebagai Komponen Islam Nusantara

 
Merealisasikan Gotong Royong Sebagai Komponen Islam Nusantara

LADUNI.ID I KOLOM- Indonesia sebagai sebuah ngeriyang luas dan memempunyai beraneka ragam budaya dan agama serta lainnya. Diantara ciri khas bangsa Indonesia salah satunya adalah gotong royong, Kita mengetahui bahwa modernisasi dan globalisasi melahirkan corak kehidupan yang sangat kompleks, hal ini seharusnya jangan sampai membuat bangsa Indonesia kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan unsur budaya. Akan tetapi dengan semakin derasnya arus globalisasi mau tidak mau kepribadian tersebut akan terpengaruh oleh kebudayaan asaing yang lebih mementingkan individualisme.

Dalam kehidupan ekonomi misalnya, yang semula bangsa Indonesia berdasarkan pertanian, setelah masuknya masa industrialisasi, semangat gotong royong masayarakat berkurang, hal ini disebabkan karena masyarakat sekarang cenderung besifat individualistis, sehingga ada anggapan umum ” hidup bebas asal tidak mengganggu kehidupan orang lain”.

Contoh lain misalnya, beberapa tahun yang lalu, sekitar awal tahun 2000-an, kita masih bisa melihat masayarakat pedesaan memperthankan gotong royong, setidaknya tiga bulan sekali, namun seriring berjalannya waktu, dan masuknya budaya barat yang lebih mendorong masyarakat berkeinginan untuk ketidakmauan meninggalkan masalah perekonomian setelah masuknya masa industrialisasi, serta kesibukan masyarakat dengan menomorsatukan kepentingan pribadinya, lambat laun budaya gotong royong akan menipis. Ini sebuah realita dalam masyarakat kita dewasa ini.

Tradisi gotong royong yang menipis ini, termasuk dalam teori evolusi (evolutionary theory), seperti pendapat Emile Durkheim (1858-1917) bahwa perubahan karena evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja. Dan pendapat Ferdinand Tonnies (1963) bahw amasyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan yang erat dan kooperatif, menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki hubungan yang terspesialisasi dan impersonal.

Sebenarnya banyak kegiatan yang sering dilakukan secara bergotong – royong seperti kerja bakti kebersihan, kegiatan keagamaan seperti muludan dan rajaban, pembangunan masjid, pembangunan pos ronda dan masih banyak lagi lainnya. Contoh yang pertama ialah pembangunan masjid, pembangunan masjid ini sangat di perlukan, mengingat masih sedikit masjid yang memenuhi kriteria untuk di pakai sholat jum’at berjamaah. Diantara permasalahannya ialah masjid terlaku kecil. Meskipun ada beberapa masjid yang memenuhi kriteria,tetapi itu belum cukup untuk menampung semua warga yang ingin melaksanakan kewajibannya untuk sholat jum’at.

Pekerjaan yang di targetkan dua bulan umpamanya akan selesai,namun dengan gotroy dalam tempo satu bulan lebih telah selesai. Inilah salah satu keuntungan dari kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama (gotong royong). Dalam Islam pun nilai gotong royong sangat di anjurkan. Membuka lembaran sejarah bagaimana kaum ansar yang tanpa pamrih membantu segala sesuatu untuk kaum muhajirin. Bahkan dalam Al-Quran sendiri Allah menyuruh kita untuk saling membantu dalam kebaikan dan melarang tolong menolong dalam maksiat. Ini di sebutkan dalam surat Al-Maidah:"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya". (QS. al-Mâidah:5:2)

Dalam hal ini Rasulullah Saw juga menjabarkan pentingnya gotong-royong untuk membangun kekuatan kaum muslimin dan menegakkan kemuliaan agama Islam pada suatu daerah. Sebab Islam merupakan ajaran penuh dengan kebaikan. Senantiasa mengajarkan berfikir positif dan berusaha untuk berlaku baik terhadap sesama manusia lainnya. Sehingga, tepatlah wasiat Nabi saw berbunyi:”Barangsiapa yang membebaskan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskannya dari satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan akhirat. Barangsiapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya” (HR. Muslim).

Dalam hadist lain juga di sebutkan juga dengan bunyinya:  ”Barangsiapa menolong saudaranya, maka Allah akan selalu menolongnya”. (HR. Bukhari dan Muslim). Selain melakukan kerjasama dan gotong royong pada hal-hal yang diperbolehkan dalam Islam atas sesama muslim, maka Islam juga memperbolehkan pemeluknya untuk bekerjasama atau tolong menolong dalam perkara ma’ruf. Diantaranya dengan  tidak mencederai akidah seorang muslim dan tidak menjatuhkan ia kedalam kendali kemaksiatan. Sehingga gotong-royong dan tolong-menolong terhadap kaum non-muslim juga memiliki batasan tersendiri. Tidak bermudah-mudahan melakukan aktifitas tanpa di dasari oleh ilmu sebelumnya.

Beranjak dari penjelasan di atas semoga gotong royong yang telah lama dirintis dan telah dijadikan sebagai nilai budaya Islam nusantara harus kita lestarikan dan realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih ini juga salah satu perintah agama dalam bermasyarakat menuju islam madani sebagai bagian dari Islam nusantara itu sendiri dalam naungan ridha-Nya. Amin.

Wallahu Muwaffiq Ila 'Aqwamith Thariq

Helmi Abu Bakar El-Langakwi, Dewan Guru Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh.