Sungguh Miris, Para Gadis Rohingya Dijual Paksa ke Bangladesh

 
Sungguh Miris, Para Gadis Rohingya Dijual Paksa ke Bangladesh

LADUNI.ID, Jakarta - Badan Migrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan, untuk mendapatkan uang bagi keluarganya di camp-camp pengungsian, para gadis pengungsi Rohingya dijual untuk menjalani kerja paksa di Bangladesh.

Sejak September 2017 lalu, The International Organisation for Migration (IOM) menyebutkan, telah mengidentifikasi 99 kasus perdagangan manusia di kalangan pengungsi Rohingya. "Kasus tersebut mungkin saja lebih banyak daripada yang diidentifikasi", ujarnya.

Berdasarkan laporan IOM pekan ini, diantara yang menjadi korban perdagangan manusia adalah 35 gadis dan 31 wanita pengungsi Rohingya, 31 dari gadis-gadis itu berakhir dengan kerja paksa seperti yang dilakukan 26 wanita.

"Motif yang biasa digunakan oleh para pedagang manusia adalah iming-iming janji palsu seperti pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik", kata Dina Parmer selaku Juru bicara IOM, dikutip laman Aljazeera, Rabu (17/20).

Menurutnya, kisah-kisah yang biasanya kita dengar adalah orang-orang rentan yang didekati oleh pedagang (manusia) dengan janji-janji palsu tentang pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik.

Ada juga yang curiga dengan iming-iming tersebut, namun karena kondisi keluarga yang memprihatinkan akhirnya mereka mengambil tindakan ekstrem, yakni merelakan salah satu keluarganya untuk kerja paksa.

Para wanita Rohingya tersebut dipaksa bekerja dalam jangka waktu yang lama, namun upahnya sangat sedikit. Sementara para gadis dipekerjakan menjadi pembantu rumah tangga. Tidak hanya itu, ada juga gadis yang sampai mengalami eksploitasi seksual.

Sementara itu, sebuah organisasi sosial Bangladesh The Bangladeshi charity Young Power in Social Action (YPSA) memberikan advokasi kepada para pengungsi Rohingya, utamanya para gadis dan wanita. YPSA terus meningkatkan kesadaran para pengungsi akan bahaya perdagangan manusia.

Jishu Barua dari YPSA menjelaskan, lebih dari 1.000 orang telah diidentifikasi sebagai korban perdagangan manusia.

“Mereka (para pengungsi) putus asa sehingga keluar camp untuk mendapatkan uang,” imbuhnya.

"Keputusasaan para pengungsi inilah yang menjadi celah para pedagang manusia untuk ‘memangsa’ korbannya", ujar IOM.

Bangladesh melarang para pengungsi untuk meninggalkan camp-camp atau melakukan pekerjaan lain selain berpartisipasi dalam program kerja tunai skala kecil yang dijalankan oleh lembaga-lembaga kemanusiaan.

Sekitar 700 ribu dari mereka tiba di Bangladesh tahun lalu setelah operasi militer berdarah yang diluncurkan oleh tentara Myanmar. Lebih dari 900 ribu Muslim Rohingya mengungsi di Bangladesh. Sebagian besar mereka tinggal di camp-camp di Distrik Cox’s Bazar.