Asbabun Nuzul Surat Al-Mujadalah Ayat 8 - Imam as Suyuthi : Dilarang Berbisik-Bisik Ketika Berbicara

  1. “Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.”
    Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muqatil bin Hayyan, dia mengatakan; Dahulu ada perjanjian antara Nabi. Ketika para sahabat bertemu dengan orang-orang Yahudi, maka mereka kemudian duduk- duduk untuk berbisik-bisik di antara mereka sehingga orang mukmin menyangka bahwa mereka berbisik-bisik untuk membunuh Nabi atau untuk melakukan sesuatu yang tidak disenangi oleh Nabi. Nabi kemudian melarang berbisik-bisik tetapi mereka tidak menyudahinya. Maka Allah menurunkan ayat, “Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia.” (1)
    Ahmad, Al-Bazzar dan Ath-Thabarani meriwayatkan dengan sanad jayyid dari Abdullah bin Amru bahwasanya orang-orang Yahudi berkata kepada Rasulullah, “Semoga keselamatan terlimpah kepadamu.” Mereka kemudian mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Maka turunlah ayat, “Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. ”
    Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Anas dan Aisyah. (2)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    1. Lihat: Ibnu Katsir (6/33) Al-Qurthubi (10/6706) menambahkan; Ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik yang saling melakukan pembicaraan rahasia di antara mereka. Mereka memandang dan mengedipkan pandangannya kepada orang- orang Mukmin. Orang-orang Mukmin kemudian berkata, “Mungkin saja mereka membicarakan saudara dan kerabat kita dari sahabat Muhajirin dan Anshar untuk dibunuh, ditimpa musibah atau diusir.” Hal ini menimbulkan buruknya prasangka sehingga orang-orang mukmin melaporkan hal itu kepada Nabi B. Beliau lalu melarang adanya pembicaraan rahasia, akan tetapi mereka tidak mempedulikannya. Maka turunlah ayat tersebut.
    2. Hadits dengan sanad jayyid. Al-Haitsami (7/122) meriwayatkan dalam Al-Majma’ dan menisbatkannya kepada Ahmad serta Al-Bazzar. Ia mengatakan; sanadnya jayyid.
    juga, Hadits yang diriwayatkan Aisyah shahih menurut Muslim (2156) dalam Bab As-Salam. Sedangkan hadits yang diriwayatkan Anas juga shahih menurut At-Tirmidzi, 3301 dalam Bab At-Tafsir. Dia mengatakan; hadits ini hasan shahih. Lihat Ibnu Katsir (6/34) dan Al-Qurthubi (10/6708).