Nabi Marah Pada Umar

  1. Hadis:

    إِنِّي أُوْتِيْتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَخَوَاتِيْمَهُ وَاخْتُصِرَ لِي اِخْتِصَارًا وَلَقَدْ أَتَيْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً فَلَا تَتَهَوَّكُوْا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ الْمُتَهَوِّكُوْنَ

    Artinya:
    Telah didatangkan (diberikan ) kepadaku semua himpunan kalimat (pelajaran Rasulullah SAW sebelumnya) dan penutupnya, dan diringkaslah bagiku dengan sebuah ikhtisar. Sungguh aku sudah mendatangkan (mengajarkan)-nya kepada kamu dengan jelas seperti telur yang putih bersih. maka janganlah membodohkan diri dan janganlah kamu terpen­garuh oleh orang-orang yang bertengkar.

    Asbabul Wurud:
    Umar berkata: "Aku pernah melakukan suatu perjalanan. Lalu aku menyalin subuah catatan (yang kuperoleh) Dari Ahli Kitab. kemudian aku bawa salinan itu yang dibungkus dengan kulit. Melihat apa yang ada di tanganku, Rasulullah SAW bertanya: "Apa di tanganmu ini hai Umar ?"Umar menjawab: "Wahai Rasulullah SAW, ini adalah sebuah naskah yang kusalin (Dari catatan Ahli Kitab), agar dengan membaca­nya bertambah ilmu ilmu kami. Marah sekali Beliau mendengarnya, sampai terlihat merah kedua pipinya." Waktu shalat masuk. Adzan untuk shalat berjamaah di kumandangkan. Maka orang-orang Anshar bertanya: "Apakah Nabi sedang marah ?"Senjata, senjata! teriak mereka. Mereka datang dan mengambil posisi melingkari mimbar Rasulullah SAW. Nabi menjelaskan dalam khutbahnya: "Wahai manusia, sungguh telah didatangkan (diberikan) kepadaku ?."dan seterusnya, seperti bunyi Hadis di atas. Mendengar itu Umar berdiri dan langsung mengucapkan (meng­ikrarkan): "Radhiitu billaahi rabban, wabil islaami diinan wa bika rasuula(Aku ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan engkau sebagai Rasulullah SAW).

    Periwayat:
    Dhiya' al-Muqaddasi dalam al-Mukhtarah Dari Umar bin Khattab R.A


    Sesungguhnya Rasulullah SAW itu seorang yang ummi (buta huruf). Dia yang memiliki kewenangan menjelaskan yang bersifat kenabian. Allah berikan kepadanya semua pelajaran dengan bahasa yang sempurna, mengandung kebenaran, baik secara ringkas maupun yang mengandung kekuatan mengalahkan argumentasi yang menentangnya (i'jaz). Islam yang Dia jarkannya condong pada tauhid (hanafiyah) dan toleransi, jelas seperti putihnya telur. Maka jangan merusaknya dan memasukkan ke dalamnya sesuatu yang berasal Dari pelajaran Ahli Kitab. Jangan terpengaruh (hanyut dalam pikiran) orang yang bertengkar yang mencari kemuliaan atas keinginan menjatuhkan.