Asbabun Nuzul Surat Al-Ahqaf Ayat 10 - Menegur Sikap Orang Yahudi yang Enggan Beriman Kepada Nabi karena Kesombongan Mereka

Ayat ini turun untuk menegur sikap orang Yahudi yang enggan beriman kepada Nabi karena kesombongan mereka. Ketika seorang alim yang sangat berpengaruh di kalangan mereka, yakni ‘Abdulla>h bin Sala>m, menyatakan kebenaran risalah Nabi, mereka malah mencaci makinya.

  1. عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: انْطَلَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا وَأَنَا مَعَهُ حَتَّى دَخَلْنَا كَنِيسَةَ الْيَهُودِ بِالْمَدِينَةِ يَوْمَ عِيدٍ لَهُمْ، فَكَرِهُوْا دُخُوْلَنَا عَلَيْهِمْ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ أَرُونِي اثْنَيْ عَشَرَ رَجُلًا يَشْهَدُونَ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ يُحْبِطْ اللَّهُ عَنْ كُلِّ يَهُودِيٍّ تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ الْغَضَبَ الَّذِي غَضِبَ عَلَيْهِ. قَالَ: فَأَسْكَتُوْا مَا أَجَابَهُ مِنْهُمْ أَحَدٌ، ثُمَّ رَدَّ عَلَيْهِمْ فَلَمْ يُجِبْهُ أَحَدٌ ثُمَّ ثَلَّثَ فَلَمْ يُجِبْهُ أَحَدٌ، فَقَالَ: أَبَيْتُمْ فَوَاللَّهِ إِنِّي لَأَنَا الْحَاشِرُ وَأَنَا الْعَاقِبُ وَأَنَا النَّبِيُّ الْمُصْطَفَى، آمَنْتُمْ أَوْ كَذَّبْتُمْ ثُمَّ انْصَرَفَ وَأَنَا مَعَهُ، حَتَّى إِذَا كِدْنَا أَنْ نَخْرُجَ نَادَى رَجُلٌ مِنْ خَلْفِنَا: كَمَا أَنْتَ يَا مُحَمَّدُ. قَالَ: فَأَقْبَلَ فَقَالَ ذَلِكَ الرَّجُلُ: أَيَّ رَجُلٍ تَعْلَمُوْنَ فِيْكُمْ يَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ؟ قَالُوْا: وَاللَّهِ مَا نَعْلَمُ أَنَّهُ كَانَ فِينَا رَجُلٌ أَعْلَمُ بِكِتَابِ اللَّهِ مِنْكَ وَلَا أَفْقَهُ مِنْكَ وَلَا مِنْ أَبِيكَ قَبْلَكَ وَلَا مِنْ جَدِّكَ قَبْلَ أَبِيكَ، قَالَ: فَإِنِّي أَشْهَدُ لَهُ بِاللَّهِ أَنَّهُ نَبِيُّ اللَّهِ الَّذِي تَجِدُونَهُ فِي التَّوْرَاةِ. قَالُوا: كَذَبْتَ. ثُمَّ رَدُّوا عَلَيْهِ قَوْلَهُ، وَقَالُوا فِيهِ شَرًّا. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَذَبْتُمْ لَنْ يُقْبَلَ قَوْلُكُمْ، أَمَّا آنِفًا فَتُثْنُونَ عَلَيْهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا أَثْنَيْتُمْ، وَلَمَّا آمَنَ كَذَّبْتُمُوهُ وَقُلْتُمْ فِيهِ مَا قُلْتُمْ فَلَنْ يُقْبَلَ قَوْلُكُمْ. قَالَ: فَخَرَجْنَا وَنَحْنُ ثَلَاثَةٌ، رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلَامٍ وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ (قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ...). (1)

    ‘Auf bin Ma>lik bercerita, “Bertepatan dengan sebuah hari raya kaum Yahudi, Nabi s}allalla>hu ‘alaihi wasallam berangkat bersamaku menuju salah satu sinagoge di Madinah. Mereka tampak tidak suka dengan kedatangan kami. Rasulullah lalu bersabda, ‘Wahai kaum Yahudi, perlihatkanlah kepadaku dua belas orang dari kalian yang mau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, pasti Allah akan melenyapkan dari setiap orang Yahudi di kolong langit ini semua kemurkaan yang mestinya akan Dia timpakan kepadanya.’ Mereka diam saja; tidak seorang pun mau menjawab. Beliau mengulangi lagi ucapannya, namun tetap tidak ada yang menjawab. Beliau mengulangi ucapannya untuk ketiga kalinya, dan tetap saja tidak ada yang mau menjawab. Beliau bersabda, ‘Ternyata kalian enggan menjawab. Demi Allah, akulah sang pengumpul, akulah nabi terakhir, dan akulah nabi terpilih; tidak peduli kalian beriman atau tidak.’ Beliau lalu bergegas bersamaku meninggalkan tempat itu. Begitu kami sampai di pintu keluar sinagoge tersebut, terdengarlah suara panggilan dari seorang pria di belakang kami, ‘Tetaplah di tempatmu, wahai Muhammad.’ Beliau pun membalikkan badan. Pria itu bertanya kepada teman-temannya, ‘Pria seperti apakah diriku ini dalam pandangan kalian, wahai kaum Yahudi?’ Mereka menjawab, ‘Demi Allah, kami tidak mengenal seorang pun di antara kita yang lebih paham tentang kitab Allah daripada engkau. Kami juga tidak menemukan orang yang lebih alim tentang agama Yahudi daripada engkau, ayahmu sebelum engkau, dan kakekmu sebelum ayahmu.’ Pria itu berkata, ‘Aku bersaksi atas nama Allah, ia adalah nabi Allah yang kalian temukan namanya disebut-sebut dalam Taurat.’ Mendengar pernyataan itu, mereka menyanggah, ‘Engkau berdusta!’ Mereka membantah kata-katanya dan mulai mencemooh serta menjelek-jelekkannya. Melihat kejadian itu, Rasulullah bersabda, ‘Kalianlah yang berdusta! Perkataan kalian tidak dapat dibenarkan. Baru saja kalian memujinya setinggi langit, namun kini saat ia beriman kepadaku, kalian justru menganggapnya berdusta dan mencemoohnya sedemikian rupa. Sungguh, perkataan kalian tidak dapat dibenarkan.’ Kami bertiga, yakni Rasulullah, aku, dan (pria itu yang bernama) ‘Abdulla>h bin Sala>m, lalu beranjak meninggalkan tempat itu. Allah pun menurunkan ayat yang berkenaan dengan pria itu, qul ara’aitum in ka>na min ‘indilla>hi wa kafartum bihi> …”


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Sahih; diriwayatkan oleh Ah}mad, Ibnu H{ibba>n, at}-T{abra>niy, dan al-H{a>kim. Al-H{a>kim menilai hadis ini sahih berdasarkan syarat al-Bukha>riy dan Muslim. Al-Hais\amiy mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh at}-T{abra>niy dari para perawi kitab S{ah}i>h}}. Lihat: Ah}mad, al-Musnad, juz 39, hlm. 409, hadis nomor 23984; Ibnu H{ibba>n, S{ah}i>h}} Ibni H{ibba>n, juz 16, hlm. 116–118, hadis nomor 7162; at}-T{abra>niy, al-Mu‘jam al-Kabi>r, juz 18, hlm. 46–47, hadis nomor 83; al-H{a>kim, al-Mustadrak, juz 3, hlm. 469–470, hadis nomor 5756. Diriwayatkan bahwa beberapa ulama, seperti Masru>q dan asy-Sya‘biy, meragukan keberadaan peristiwa yang terekam dalam hadis ini sebagai sebab nuzul Surah al-Ah}qa>f/46: 10. Menurut mereka, status ayat ini adalah Makkiyah seperti halnya status Surah al-Ah}qa>f itu sendiri, sedangkan ‘Abdulla>h bin Sala>m masuk Islam di Madinah. Menjawab keraguan ini, Ibnu H{ajar, mengutip Ibnu Si>ri>n, mengatakan bahwa sah-sah saja dalam surah yang statusnya Makkiyah terdapat satu atau beberapa ayat yang turun di Madinah, atau sebaliknya. Bukan tidak mungkin juga bila ayat ini memang turun di Mekah namun ia mengisyaratkan sesuatu yang akan terjadi setelah hijrah. Lihat: at}-T{abariy, Ja>mi‘ al-Baya>n, juz 22, hlm. 103; Ibnu Kas\i>r, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, juz 13, hlm. 11; Ibnu H{ajar, Fath} al-Ba>ri>, juz 7, hlm. 161.