Asbabun Nuzul Surat Adh-Dhuha Ayat 1 - Imam as Suyuthi : Keutamaan Waktu Dhuha

  1. Demi waktu dhuha (matahari sepenggalahan naik).”
    Asy-Syaikhani dan lainnya meriwayatkan dari Jundul, dia mengatakan; Rasulullah merasakan sakit sehingga tidak bisa bangun satu atau dua malam. Maka datanglah seorang perempuan kepada beliau dan berkata, “Wahai Muhammad, aku berpandangan bahwa setanmu telah meninggalkanmu.” Maka Allah menurunkan ayat, “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu, dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. ”(Adh- Dhuha: 1-3). (1)
    Sa’id bin Manshur dan Al-Firyabi meriwayatkan dari Jundub, ia mengatakan; Jibril lama tidak menemui Nabi sehingga orang-orang musyrik berkata, “ia telah meninggalkan Muhammad.” Maka turunlah ayat tersebut.
    Al-Hakim meriwayatkan dari Zaid bin Arqam, dia mengatakan; Rasulullah diam di rumah selama beberapa hari karena Jibril tidak turun kepada beliau. Ummu Jamil, istri dari Abu Lahab kemudian berkata kepada beliau, “Aku berpandangan bahwa sahabatmu itu (Jibril) telah meninggalkanmu dan membencimu.” Maka Allah menumkan ayat, “Demi waktu dhuha.” (2)
    Ath-Thabarani, Ibnu Abi Syaibah dalam Musnod-nya, Al-Wahidi dan lainnya meriwayatkan dengan sanad yang tidak diketahui dari Hafsh bin Maisarah Al-Qurasyi dari ibunya dari neneknya Khaulah. Ia dahulunya adalah pelayan Rasulullah. Dia mengatakan; Seekor anak anjing masuk ke rumah Nabi & dan berada di bawah ranjang beliau kemudian mati. Rasulullah & kemudian berdiam di rumah selama empat hari tanpa ada wahyu yang turun. Beliau kemudian berkata, “Wahai Khaulah, apa yang terjadi di rumah Rasulullah ini sehingga Jibril tidak datang kepadaku.” Dalam hati aku berkata, “Seandainya aku membersihkan rumah ini.” Aku lalu membersihkan rumah dan menyapu bagian bawah ranjang beliau dan aku keluarkan anak anjing yang telah mati. Kemudian datanglah Rasulullah & dalam keadaan gemetaran dan dahinya berpeluh karena turunnya wahyu. Maka Allah menurunkan ayat, “Demi waktu dhuha.” hingga ayat, “Lalu (hati) kamu menjadi ridha.” (3)
    Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan; Kisah lamanya Jibril tidak menemui beliau disebabkan adanya anak anjing sudah sangat masyhur, akan tetapi sebab turunnya ayat berkenaan itu adalah gharib bahkan syadzdz dan bertentangan dengan riwayat yang shahih.
    Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abdullah bin Syadad bahwasanya Khadijah mengatakan kepada Nabi “Aku berpendapat bahwa Tuhanmu sudah membencimu.” Maka turunlah ayat tersebut.
    Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Urwah, ia mengatakan; Jibril lama tidak menemui Nabi, sehingga menjadikan beliau sangat sedih. Khadijah lalu berkata, “Aku berpendapat bahwa Tuhanmu telah membencimu karena kami melihat betapa engkau sedih.” Maka turunluh ayat tersebut.
    Kedua riwayat tersebut adalah mursal dan perawinya adalah para perawi yang terpercaya.
    Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Secara zhahir bahwasanya Ummu Jamil dan Khadijah pemah mengatakan hal tersebut, akan tetapi Ummu Jamil mengatakannya karena menyumpahi, sedangkan Khadijah mengatakannya karena merasa cemas. (4)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    1. Hadits shahih. Muttafaq Alaihi. Al-Bukhari (2802) meriwayatkan dalam Bab Al-Jihad sedangkan Muslim (1796) meriwayatkan dalam Al-Bab Jihad wa As-Siyar.
    2. Hadits munqathi’, diriwayatkan dari Al-Hakim (2/910-911). Ia mengatakan; sanadnya shahih karena mursal.
    3. Dha’if: Diriwayatkan Al-Haitsami (7/138) dan dinisbatkan kepada Ath-Thabarani. Ia mengatakan; Di dalamnya ada Ummu Hafsh yang majhul dan tidak aku ketahui.
    4. Riwayat tersebut diriwayatkan Ibnu Katsir (6/332-333) dan Al-Qurthubi (10/7561).