Jejak Orang Nusantara di Afrika Selatan

 
Jejak Orang Nusantara di Afrika Selatan
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - "Tidak banyak yang menyadari bahwa ada orang Jawa di Afrika Selatan," buka Mohammad Kazem dalam salah satu artikelnya yang dimuat Majalah 'Al-Irfan', Januari 1928, nomor 5 halaman 526.

Majalah ini terbit di Lebanon sejak 1909 hingga edisi yang bisa ditelusuri nomor 259 pada 1996. (Apakah pascatahun tersebut masih terbit? Atau tergerus era digital pula? Butuh koresponden untuk menelusuri hal ini lebih lanjut!)

Pada kenyataannya, lanjut Kazem, hanya sedikit orang Jawa (baca: Nusantara) yang bermigrasi dari Tanah Air ke luar negeri. Namun, orang Jawa di Afrika Selatan sebenarnya adalah mereka yang diasingkan oleh pemerintah Belanda.

Selain di Afrika Selatan, orang Jawa juga diasingkan ke Pulau Ceylon (kini negara Sri Lanka/جزيرة سيلان). Pada masa lalu, Belanda sering memindahkan orang Jawa yang dianggap menentang mereka ke tempat-tempat tersebut, dan kemudian Belanda mendeportasi mereka ke D-Lead atau New Guinea (غوينيا الجديدة). Pada 1654, pemerintah Belanda memutuskan untuk menjadikan Tanjung Harapan (Cape Town/الكاب) sebagai kota.

Afrika Selatan menjadi tempat bagi orang Jawa yang diusir karena dianggap merugikan oleh pemerintah Belanda. Pada 1713, penyakit menular merebak di Cape Town, menyebabkan sekitar 200 orang Jawa meninggal dari 570 orang yang dideportasi di sana.

Setelah itu, pemerintah Belanda mengizinkan mereka menikah dengan penduduk lokal di Tanjung Harapan, dan praktik ini terus berlanjut hingga sekarang. Orang Jawa di sana tetap teguh dalam kepercayaan Islam mereka, meskipun mayoritas masyarakat setempat beragama Kristen. Bahkan, orang Jawa di Afrika Selatan adalah yang pertama kali memperkenalkan Islam di wilayah tersebut.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN