Tahun 680-683 M: Tragedi Karbala dan Tanda Tanya Sikap Seorang Muslim Sejati

 
Tahun 680-683 M: Tragedi Karbala dan Tanda Tanya Sikap Seorang Muslim Sejati
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Menjelang wafatnya Muawiyah salah seorang sahabat nabi, dia sempat meluangkan waktu sibuknya – dalam menjalankan roda pemerintahan – untuk berkhutbah di hadapan masyarakatnya:

“Wahai umat muslim, ketahuilah! Sungguh setiap orang yang mau menebar benih kebaikan di muka bumi ini pasti akan menuai hasilnya. Dan aku sungguh telah menuntaskan urusan pemerintahan ini. Maka setelahku tidaklah akan lebih baik dariku, karena tidaklah berputar roda zaman kecuali zaman setelahnya lebih buruk dari sebelumnya. Karena seperti itulah ketentuan Rasulullah di dalam Hadis-Nya.”

Setelah berkhutbah di hadapan khalayak umum, Muawiyah ingin menyampaikan suatu wasiat kepada anaknya Yazid:

“Wahai Yazid jika nanti tiba ajalku, suruhlah orang yang ahli fiqih untuk memandikanku. Karena Allah lebih memuliakan ahli fiqih dari selainnya. Wahai anakku, jika nanti tiba ajalku ambillah secarik kain yang aku letakkan di lemari. Jadikan kain bekas baju Rasulullah itu sebagai kafanku, dan taruhlah seikat kain yang di dalamnya sebuah rambut dan kuku Rasulullah didalam kafanku. Wahai Yazid, tetaplah kamu berbakti kepada orang tua. Maka ketika kau letakkan jasadku ini di liang lahat, cepatlah kamu selesaikan. Biarkan aku (Muawiyah) sendiri menghadap Dzat Maha Pemurah. Wahai Yazid, perhatikan Husein! Ia adalah orang yang paling dicintai Muslimin. Sambunglah tali silaturrahmi dengannya, karena dengan begitu segala urusanmu akan lancar. Jangan sampai terulang kejadian yang telah menimpaku (aku telah membelot atas perintah ayah dan saudaranya).”

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN