Asbabun Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 119 - Imam as Suyuthi : Jawaban Terhadap Kegelisahan Nabi Tentang Kedua Orangtuanya

  1. “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka."
    Abdullah bin Razzaq berkata, Ats-Tsauri memberitahu kepada kami, dari Musa bin Ubaidah, dari Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi berkata, Rasulullah bersabda, “Seandainya aku dapat merasakan apa yang dilakukan oleh kedua orangtuaku," maka turunlah ayat, “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka." Maka, Rasulullah tidak menyebut keduanya hingga Allah mewafatkannya.” Hadits mursal. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Ibnu Juraij berkata, aku diberi tahu oleh Dawud bin Abi Ashim bahwasanya pada suatu hari Nabi bersabda, “Mana kedua orangtuaku?” maka ayat ini turun, riwayat ini juga mursal. (1)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Ibnu Katsir berkata, “Telah diceritakan oleh Al-Qurthubi dari Ibnu Abbas W dan Muhammad bin Ka’ab, dan hadits ini diriwayatkan dalam kehidupan kedua orangtua Rasulullah tidak dalam Al-Kutub As-Sittah dan juga tidak di dalam kitab yang lain, dan hadits ini sanadnya dha’ if.
    Ibnu Jarir telah membantah perkataan ini dikarenakan mustahilnya keragu-raguan pada Rasulullah dalam perkata kedua orangtuanya. Dan, ia memilih qiraat pertama dan pendapat yang ia ambil masih terdapat keraguan karena mempunyai kemungkinan bahwasanya ini terjadi ketika Rasulullah memintakan ampunan untuk keduanya sebelum Rasulullah mengetahui bahwasanya kedua orangtuanya termasuk golongan penghuni neraka yang tertera dalam hadits shahih (1/229).
    Pendapatku, Ibnu Jarir telah memilih qiraat “wa laa tusal” men-d/wnmd/i-kan huruh ta\ dan ia membantah qiraat Nafi’ yaitu “laa tas’al” kalimat perintah jazzman Ala An-Nahyi.