Asbabun Nuzul Surat 'Abasa Ayat 1-10 - Teguran atas Perlakuan Nabi Muhammad terhadap 'Abdullah bin Ummi Maktum yang Menghadap untuk Belajar Agama

Ayat ini turun berkenaan dengan seorang tunanetra (‘Abdulla>h bin Ummi Maktu>m) yang menghadap Nabi untuk belajar agama. Kebetulan waktu itu Nabi sedang menjamu seorang pembesar kaum musyrik. Beliau ingin sekali sang pembesar masuk Islam sehingga tidak mengacuhkan permintaan pria buta tadi. Ayat di atas turun untuk menegur perlakuan Nabi tersebut.

  1. عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: أُنْزِلَ ‏(عَبَسَ وَتَوَلَّى‏)‏ فِي ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ الأَعْمَى، أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَجَعَلَ يَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرْشِدْنِي! وَعِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ مِنْ عُظَمَاءِ الْمُشْرِكِينَ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعْرِضُ عَنْهُ وَيُقْبِلُ عَلَى الآخَر،ِ وَيَقُولُ: أَتَرَى بِمَا أَقُولُ بَأْسًا؟ فَيَقُوْلُ: لاَ‏.‏ فَفِي هَذَا أُنْزِلَ‏. (1)

    Ā’isyah berkata, “‘Abasa watawalla> (Surah ‘Abasa) turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktu>m, seorang pria buta. Ia menghadap Rasulullah s}allalla>hu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, ajarilah aku agama!’ Kebetulan saat itu Nabi sedang menjamu seorang pembesar kaum musyrik. Rasulullah pun berpaling dari Ibnu Ummi Maktu>m dan memusatkan perhatiannya kepada pembesar musyrik itu. Karena Nabi tidak segera menjawab, Ibnu Ummi Maktu>m bertanya, ‘Adakah yang salah dengan ucapanku?’ Nabi menjawab, ‘Tidak.’ Berkaitan dengan kisah inilah ayat tersebut diturunkan.


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Sahih; diriwayatkan oleh at-Tirmiz\iy, al-H{a>kim, dan Ibnu H{ibba>n. al-H{a>kim menilai sanad hadis ini sahih berdasarkan syarat al-Bukha>riy dan Muslim, dan az\-Z|ahabiy menyetujuinya. Lihat dan bandingkan dalam: at-Tirmiz\iy, Sunan at-Tirmiz\iy, dalam Kita>b Abwa>b Tafsi>r al-Qur’a>n, Ba>b wa min Su>rah ‘Akim, al-Mustadrak, dalam Kita>b at-Tafsi>r, Ba>b Tafsi>r Su>rah ‘Abasa wa Tawalla>, juz 2, hlm. 558–559, hadis nomor 3896; Ibnu H{ibba>n, S{ah}i>h} Ibni H{ibba>n, dalam Kita>b al-Birr wa al-Ih}sa>n, Ba>b z\ikr ma> Yustah}abb li al-Mar’ al-Iqba>l ‘ala> ad}-D{u‘afa>’, juz 2, hlm. 291–292, hadis nomor 535. 237 Al-Bagawiy menjelaskan, ayat ini turun berkenaan dengan seorang tunanetra bernama Ibnu Ummi Maktu>m. Ia menghadap Nabi tepat ketika beliau sedang menjamu beberapa pembesar Quraisy, seperti ‘Utbah bin Rabi>‘ah, Abu> Jahl bin Hisya>m, ‘Abba>s bin ‘Abdul-Mut}t}alib, Ubay bin Khalaf, dan Umayyah bin Khalaf. Nabi menyeru mereka masuk Islam. Ibnu Ummi Maktu>m berkata, “Wahai Rasulullah, bacakanlah Al-Qur’an kepadaku dan ajari aku apa yang telah Allah ajarkan padamu.” Tanpa tahu bahwa Nabi sedang menerima tamu, ia terus mengulang-ulang permintaannya. Raut muka Rasulullah mulai berubah dan tampak agak kesal karena ada yang menyela pembicaraan beliau dengan mereka. Nabi berkata dalam hati, ‘Mereka itu pasti akan menghinaku karena tahu bahwa pengikutku adalah orang yang buta.’ Nabi pun bermuka masam dan berpaling dari Ibnu Ummi Maktu>m. Allah lalu menurunkan ayat ini untuk menegur Nabi. Setelah kejadian ini Nabi selalu memuliakan Ibnu Ummi Maktu>m. Tiap kali melihatnya, beliau selalu bersabda, ‘Selamat datang, wahai orang yang karenanya Allah menegurku. Lihat: Abu> Muh}ammad al-H{usain bin Mas‘u>d al-Bagawiy, Ma‘a>lim at-Tanzi>l fi> Tafsi>r al-Qur’a>n, (Beirut: Da>r t}aibah, cet. 4, 1997), juz 8, hlm. 332.