Asbabun Nuzul Surat At-Taubah Ayat 74 - Imam as Suyuthi : Orang Orang Munafik Yang Tidak Mau Ikut Perang Dan Menghina-Hina Nabi

  1. “Mereka (orang-orangmunafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.”
    Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas bahwasanya ia berkata, “Bahwa dahulu Al-Julas bin Suwaid bin Shamit merupakan salah seorang yang tidak mengikuti Rasulullah dalam Perang Tabuk. Ia berkata, “Seandainya orang ini benar, sungguh kita lebih buruk daripada keledai.” Ucapan itu dilaporkan oleh Umair bin Sa’ad kepada Rasulullah, akan tetapi ia (Al-Julas) bersumpah bahwa ia tidak berkata demikian. Maka Allah menurunkan firma-Nya, “Mereka (orang'orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah...” Dituturkan bahwa kemudian ia bertaubat dan menjadi orang baik-baik.” Lalu ia meriwayatkan hal serupa dari Ka’ab bin Malik. Ibnu Sa’ad dalam kitab Thabaqat, meriwayatkan hal serupa dari Urwah. (1) Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwasanya Zaid bin Arqam mendengar seorang munafik berkata ketika Nabi sedang berkhutbah, “Kalau orang ini benar, sungguh kita lebih buruk daripada keledai!” Ia lalu menyampaikan hal itu kepada Nabi, tapi orang tersebut menyangkal. Maka Allah menurunkan ayat, “Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah. ..” (2) Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya ketika itu Rasulullah sedang duduk di bawah pohon. Beliau bersabda, “Sebentar lagi akan datang seorang yang memandang dengan pandangan mata setan.” Tiba-tiba muncul seorang lelaki berpakaian biru. Rasulullah memanggilnya dan bertanya, “Mengapa kamu dan kawan-kawanmu mencaciku?” Orang itu segera pergi dan mengajak kawan-kawannya, lalu mereka bersumpah bahwa mereka tidak berkata begitu, hingga akhirnya beliau melepaskan mereka. Lalu Allah menurunkan ayat, “Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah...” (3) Ia meriwayatkan dari Qatadah bahwasanya ada dua orang yang saling berkelahi, salah satunya dari Juhainah sedang yang lain dari Ghifar. Kebetulan suku Juhainah adalah sekutu kaum Anshar. Abdullah bin Ubay berkata kepada suku Aus, “Bantulah saudara kalian! Demi Allah, perumpamaan antara kita dan Muhammad tidak lain seperti kata pepatah, “Gemukkan anjingmu, pasti ia memangsamu!” Seorang dari kaum Muslimin pergi melaporkan ucapannya itu kepada Nabi Beliau lalu memanggilnya dan bertanya kepadanya akan hal tersebut. Akan tetapi ia bersumpah bahwa ia tidak mengatakan demikian. Maka Allah menurunkan ayat-Nya, “Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah.. .” (4). Ath-Thabarani meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya seorang lelaki yang bernama Al-Aswad berniat membunuh Nabi maka turunlah firman Allah, “Dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya.. .” (5) Ibnu Jarir dan Abu Asy-Syaikh meriwayatkan dari Ikrimah bahwa bekas budak Bani Adi bin Ka’ab membunuh seorang pria Anshar, lalu Nabi memutuskan diyatnya sebesar 12.000. Mengenai kejadian inilah turun ayat, “Dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia'Nya kepada mereka.” (6)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    1. Al-Qurthubi menyebutkan riwayat ini dan bahwasanya yang berkata adalah Julas bin Suwaid bin Shamit dan Wadi’ah Ibnu Tsabit, dan yang mendengarkan ucapan mereka adalah Amir bin Qais. Al-Qurthubi menisbahkannya kepada As-Suddi. Ada yang mengatakan bahwasanya yang mendegar ucapannya adalah Ashim bin Adi, dan ada yang juga yang berpendapat bahwasanya yang mendengar adalah Khuzaifah dan Al-Qurthubi berkata bahwasanya ia adalah Umair bin Sa’ad, anak dari istri Julas.
    2. Kisah ini juga memiliki dalil dalam kitab Shahih Al-Bukhari (6/192) dari Anas.
    3. Disebutkan oleh Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Ad-Dur Al-Mantsur (3/280), dan disebutkan juga oleh Ibnu Katsir (2/489).
    4. Ibnu Jarir (10/128) dalam Bab At-Tafsir.
    5. Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam kitabnya Al-Ausath (2/211), dan Ibnu Katsir berkata (2/491): “Sesungguhnya Rasulullah S memerintankan kepada orang-orang untuk berjalan di tengah suatu lembah, lalu beliau, Hudzaifah, dan Ammar menaiki puncak gunung, akan tetapi dua belas orang munafik dengan menunggangi kuda mengikuti mereka dari belakang menaiki gunung untuk membunuh Rasulullah, maka Allah memberitahu Rasul-Nya niat mereka, maka beliau memerintahkan Hudzaifah untuk menghadapi mereka, kemudian Hudzaifah berbalik arah untuk menghadapi mereka. Ketika Hudzaifah melihat mereka, maka ia langsung memukul wajah tunggangan mereka hingga mereka ketakutan dan kembali dengan kehinaan, dan setelah itu Rasulullah memberitahu kepada Hudzaifah dan Ammar nama-nama orang munafik tersebut dan niat mereka untuk membunuh Nabi B, dan juga beliau memerintahkan mereka berdua untuk merahasiakannya.”
    Aku katakan, “Hadits ini mempunyai penguat dari Imam Muslim (8).”
    6. Al-Qurthubi berkata (4/3132): “Sesungguhnya orang yang terbunuh adalah seseorang yang dimerdekakan oleh Julas.” Al-Kalbi berkata: “Sebelum kedatangan Nabi, mereka hidup dalam serba kekurangan, tidak mempunyai kuda sebagai tunggangan, dan tidak pernah mendapatkan harta rampasan, akan tetapi ketika Nabi datang, mereka menjadi orang-orang kaya dengan harta rampasan.”