Asbabun Nuzul Surat Al-Isra' Ayat 73 - Imam as Suyuthi : Orang Kafir Mekkah Meminta Muhammad Untuk Menyembah Tuhan Mereka

  1. “Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. ”
    Ibnu Mardawaih dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ishaq, dari Muhammad bin Abu Muhammad, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Umayyah bin Khalaf, Abu Jahal bin Hisyam, dan para tokoh Quraisy keluar mendatangi Rasulullah Mereka berkata, “Wahai Muhammad, ke sinilah. Kecuplah (sembahlah) tuhan-tuhan kami, dan kami akan bersama- sama denganmu masuk agamamu.” Pada saat itu, Rasulullah & sangat berat berpisah dengan kaumnya dan sangat ingin agar mereka masuk Islam. Dengan demikian, beliau merasa kasihan kepada mereka. Maka Allah menurunkan ayat, “Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami. ” sampai firman Allah, “Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami.”(Al-Isra': 73-75)
    Aku (Imam As-Suyuthi) berpendapat bahwa hadits ini adalah yang paling shahih di antara sebab turunnya ayat tersebut. Isnadnya jayyid (baik) dan memiliki penguat hadits lain.
    Abu Asy-Syaikh meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Dahulu Rasulullah S mengecup Hajar Aswad. Mereka orang-orang kafir mengatakan, “Kami tidak akan membiarkanmu mengecupnya sampai engkau mau mengecup tuhan-tuhan kami.” Rasulullah berkata, “Apa salahku seandainya aku melakukan hal tersebut (mengecup Hajar Aswad). Allah mengetahui bahwa aku berbeda dengan mereka.” Maka turunlah ayat tersebut.
    Abu Asy-Syaikh juga meriwayatkan hadits yang sama dari Ibnu Syihab. Ia juga meriwayatkan dari Jubair bin Nafir bahwasanya orang-orang Quraisy mendatangi Nabi Mereka berkata, “Apabila engkau memang diutus untuk kami, maka usirlah orang-orang miskin dan hamba sahaya yang menjadi pengikutmu. Kemudian kami akan menjadi sahabatmu.” Maka beliau condong kepada perkataan mereka sehingga turunlah ayat tersebut.
    Diriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi bahwasanya Rasulullah S membaca ayat, “Demi bintang ketika terbenam.’’ sampai “Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Una.”(An-Najm: 1-19) maka setan membisikkan kepada beliau, bahwa berhala-berhala itu adalah berhala-berhala yang utama dan syafaat mereka akan diterima. Maka turunlah ayat, “Dan sungguh mereka hampir membuatmu (Muhammad) gelisah.’’(Al-Isra': 76) Beliau masih saja merasa gundah hingga Allah menurunkan ayat, “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Al-Hajj: 52). (1) Riwayat ini menunjukkan bahwasanya ayat tersebut adalah ayat Makkiyyah. Adapun ulama yang menyatakan bahwa ayat tersebut adalah ayat Madaniyyah berdalil sebagai berikut:
    Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari jalur Al-Ufi dari Ibnu Abbas bahwasanya kabilah Tsaqif berkata kepada Nabi, “Berilah kami tempo selama setahun untuk memberi persembahan kepada tuhan-tuhan kami. Ketika kami sudah memberi persembahan kepada tuhan-tuhan kami, maka kami akan menyimpan persembahan itu kemudian barulah kami masuk Islam dan menghancurkan tuhan-tuhan tersebut.” Rasulullah kemudian bermaksud untuk memberi mereka tempo.... Riwayat ini sanadnya dha’ if. (2)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    1. Ad'Durr Al-Mantsur (4/214).
    2. Dha’if: Al-Qurthubi meriwayatkan dari Ibnu Abbas dalam j alur periwayatan A tha' (5/4027), Ibnu Jarir (4/297) juga meriwayatkannya. Begitu pula Al-Wahidi, hlm. 243.