Asbabun Nuzul Surat An-Nisa' Ayat 77 - Berperang adalah Sesuatu yang tidak Disukai, Namun dalam Situasi Tertentu, Berperang dapat Menjadi Kebaikan Bagi Umat Islam

Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi mengapa Allah tidak memerintah mereka berperang melawan kaum musyrik, justru meminta mereka menahan diri dan lebih mementingkan salat dan zakat. Ketika izin berperang untuk mempertahankan diri itu akhirnya datang, sebagian dari mereka justru ketakutan melihat kekuatan lawan. Ayat ini turun terkait peristiwa tersebut.

  1. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ وَأَصْحَابًا لَهُ أَتَوُا النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم بِمَكَّةَ فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا كُنَّا فِي عِزٍّ وَنَحْنُ مُشْرِكُونَ، فَلَمَّا آمَنَّا صِرْنَا أَذِلَّةً‏.‏ فَقَالَ:‏ إِنِّي أُمِرْتُ بِالْعَفْوِ فَلاَ تُقَاتِلُوا، فَلَمَّا حَوَّلَنَا اللَّهُ إِلَى الْمَدِينَةِ أَمَرَنَا بِالْقِتَالِ فَكَفُّوْا فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ (أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ). (1)

    Ibnu ‘Abba>s bercerita bahwa ‘Abdurrah}ma>n bin ‘Auf dan beberapa temannya menghadap Nabi di Mekah. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, ketika masih musyrik kami adalah orang-orang yang gagah berani, namun begitu beriman, kami menjadi orang-orang yang lemah—dihinakan.” Beliau bersabda, “Allah memintaku untuk memberi maaf (atas perlakuan buruk kaum musyrik), jadi janganlah kalian berperang. “Kemudian ketika Allah memindahkan kami (kaum mukmin) ke Madinah, Dia memerintah kami berperang, namun ternyata mereka (sebagian kaum mukmin) justru enggan berperang. Allah ‘azza wajalla lalu menurunkan firman-Nya, alam tara ilal-laz\i>na qi>la lahum kuffu> aidiyakum wa’aqi>mus}-s}ala>h. (1)


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Sahih; diriwayatkan oleh an-Nasa>’iy, al-H{a>kim, al-Baihaqiy, Ibnu Abi> H{a>tim, at}-T{abariy, dan al-Wa>h}idiy. Al-H{a>kim dua kali menyebutkan hadis ini dan menilai keduanya sahih menurut syarat al-Bukha>riy; dan az\-Z|ahabiy pun setuju dengannya. Lihat: an-Nasa>’iy, as-Sunan as}-S{ugra>, dalam Kita>b al-Jiha>d, Ba>b Wuju>b al-Jiha>d, hlm. 327, hadis nomor 3086; as-Sunan al-Kubra>, dalam Kita>b al-Jiha>d, Ba>b Wuju>b al-Jiha>d, juz 4, hlm. 254–265, hadis nomor 4279; al-H{a>kim, al-Mustadrak, dalam Kita>b al-Jiha>d, juz 2, hlm. 76, hadis nomor 2377 dan dalam Kita>b at-Tafsi>r, juz 2, hlm. 336, hadis nomor 3200; al-Baihaqiy, as-Sunan al-Kubra>, dalam Kita>b as-Sair, Ba>b Ma> Ja>’ fi> Naskh al-‘Afw ‘an al-Musyriki>n, juz 9, hlm. 19, hadis nomor 17741; Ibnu Abi> H{a>tim, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, juz 3, hlm. 1005, hadis nomor 5630; at}-T{abariy, Ja>mi‘ al-Baya>n, juz 7, hlm. 231; al-Wa>h}idiy, Asba>b Nuzu>l al-Qur’a>n, hlm. 170–171, riwayat nomor 329.