Asbabun Nuzul Surat At-Tahrim Ayat 2 - Imam as Suyuthi : Nabi Muhammad Yang Hendak Meninggalkan Hafsah Di Rumah Istrinya, Mariyah

  1. “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
    Adh-Dhiya' meriwayatkan dalam kitab Al-Mukhtarah dari hadits Ibnu Umar dari Umar, ia mengatakan; Rasulullah & berkata kepada Hafshah, “Janganlah mengabarkan kepada siapa pun bahwasanya Ummu Ibrahim (Mariyah) haram bagiku.” Maka beliau tidak pernah mendekati Mariyah hingga Hafshah mengabarkan kepada Aisyah. Maka Allah menurunkan ayat, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu.” (1)
    Ath-Thabarani meriwayatkan dengan sanad dha’if dari hadits Abu Hurairah, ia mengatakan; Rasulullah masuk dengan membawa Mariyah yang menjadi tawanan perangnya ke rumah Hafshah. Hafshah lalu datang dan menjumpai beliau bersama Mariyah. Maka Hafshah berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa harus rumahku dan bukan rumah istri-istrimu?” Beliau berkata, “Wahai Hafshah, sesungguhnya ia (Mariyah) haram bagiku untuk menyentuhnya. Simpanlah berita ini karena aku.” Maka Hafshah keluar rumah hingga sampai ke tempat Aisyah dan mengabarkan hal tersebut kepadanya. Maka Allah menurunkan ayat, “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan...” (At-Tahrim: l) (2)
    Al-Bazzar meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu Abbas, ia mengatakan; Turunlah ayat, “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu.” (At-Tahrim: 1) berkenaan dengan perempuan tawanan Rasulullah.
    Ath-Thabarani meriwayat dengan sanad shahih dari Ibnu Abbas, ia mengatakan; Rasulullah minum madu di tempat Saudah. Kemudian beliau masuk ke tempat Aisyah. Aisyah berkata, “Aku mencium bau tidak sedap darimu.” Kemudian beliau masuk ke tempat Hafshah. Hafshah mengatakan sama seperti yang dikatakan Aisyah. Kemudian beliau berkata, “Aku menyangka bahwa itu sebab minuman yang aku minum di tempat Saudah. Demi Allah, aku tidak akan pernah meminumnya lagi.” Maka turunlah ayat, “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu." Hadits ini memiliki penguat dalam Ash-Shahihain. (3)
    Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan; Ayat tersebut ada kemungkinan berkenaan dengan dua sebab secara bersamaan. (4)
    Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Abdullah bin Rafi’, ia mengatakan; Aku bertanya kepada Ummu Salamah tentang ayat berikut ini, “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu." Ummu Salamah berkata, “Dahulu aku memiliki satu wadah berisi madu putih. Nabi sering mencicipinya dan beliau sangat menyukainya. Kemudian Aisyah berkata kepada beliau, “Lebah itu menghisap arfuth (buah-buahan yang berbau busuk).” Sehingga beliau mengharamkannya. Maka turunlah ayat ini. (5)
    Al-Harits bin Usamah meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Aisyah, ia mengatakan; Tatkala Abu Bakar bersumpah untuk tidak menginfakkan hartanya kepada Misthah, maka Allah menurunkan ayat, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu." Maka Abu Bakar kembali memberi nafkah kepada Misthah. Hadits ini gharib jiddan menurut sebab turunnya ayat.
    Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia mengatakan; Ayat ini, “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu. ” turun berkenaan dengan perempuan yang menghibahkan dirinya kepada Nabi Hadits ini gharib sedangkan sanadnya dha’if. (6)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    1. Adh-Dhiya' meriwayatkan dalam kitab Al-Mukhtarah.
    2. Dha’if: Al-Haitsami (7/127) meriwayatkan dalam Al-Majma’ dan menisbatkan kepada Ath- Thabarani dalam Al-Ausath dari jalur Musa bin Ja’far bin Abi Katsir dari pamannya. Adz-Dzahabi mengatakan; ia adalah orang yang majhul (tidak diketahui) dan riwayatnya gugur.
    3. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Al-Haitsami (7/127) dalam Al-Majma’ dan dinisbatkan kepada Al-Thabarani. Dia mengatakan bahwa para perawinya adalah perawi shahih.
    4. Penguat itu ada diriwayatkan oleh Al-Bukhari (5266) dalam Bab Ath-Thalak dan Muslim (1474), dalam Bab Ath-Thalak dari Umar
    5. Thabaqat Ibnu Sa’ad (8/170).
    6. Lihat Ibnu Katsir (6/127'131) dalam seluruh riwayat, sebagiannya diriwayatkan oleh Al-Qurthubi (10/69030-6905).