Asbabun Nuzul Surat Hud Ayat 114 - Kisah Pria yang Mencium Wanita Bukan Istrinya dan Menyesali Perbuatannya dengan Shalat

Ayat ini turun berkenaan dengan seorang pria yang mencium seorang wanita yang bukan istrinya. Ia menyesali perbuatannya dan menghadap Nabi untuk menanyakan amal apa yang dapat menghapus dosanya itu.

  1. عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رضى الله عنه ـ أَنَّ رَجُلاً أَصَابَ مِنَ امْرَأَةٍ قُبْلَةً، فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَسْأَلُهُ عَنْ كَفَّارَتِهَا، فَنَزَلَتْ (‏وَأَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَىِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ)‏‏.‏ قَالَ الرَّجُلُ أَلِيَّ هَذِهِ؟ قَالَ ‏ "‏لِمَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ أُمَّتِي‏". (1) عَنِ ‏ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: ‏أَنَّ رَجُلًا أَتَى ‏عُمَرَ‏ ‏فَقَالَ: امْرَأَةٌ جَاءَتْ ‏ ‏تُبَايِعُهُ ‏ ‏فَأَدْخَلْتُهَا ‏ ‏الدَّوْلَجَ، ‏ ‏فَأَصَبْتُ مِنْهَا مَا دُونَ الْجِمَاعِ، فَقَالَ:‏ ‏وَيْحَكَ ‏لَعَلَّهَا‏ ‏مُغِيْبٌ ‏فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ قَالَ: أَجَلْ. قَالَ فَائْتِ ‏أَبَا بَكْرٍ ‏فَاسْأَلْهُ. قَالَ: فَأَتَاهُ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ لَعَلَّهَا ‏مُغِيبٌ‏ ‏فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ مِثْلَ قَوْلِ ‏عُمَرَ‏ ‏ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ. قَالَ: فَلَعَلَّهَا‏ ‏مُغِيبٌ ‏فِي سَبِيلِ اللَّهِ. وَنَزَلَ الْقُرْآنُ ‏ (‏وَأَقِمْ الصَّلَاةَ طَرَفَيْ النَّهَارِ ‏‏وَزُلَفًا‏ ‏مِنْ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ) ‏إِلَى آخِرِ الْآيَةِ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلِيَ خَاصَّةً أَمْ لِلنَّاسِ عَامَّةً فَضَرَبَ ‏‏عُمَرُ‏ ‏صَدْرَهُ بِيَدِهِ فَقَالَ: لَا، وَلَا نَعْمَةَ عَيْنٍ، بَلْ لِلنَّاسِ عَامَّةً. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ‏‏صَدَقَ ‏عُمَرُ. (2) ‏

    Ibnu Mas‘ud radiyallahu 'anhu bercerita bahwa seorang sahabat menciumi seorang wanita yang bukan istrinya. Ia lantas bergegas menghadap Rasulullah untuk menanyakan kafarat atas dosanya itu. Segera setelah itu turunlah ayat, wa aqimis-salata tarafayin-nahari wa zulafan minal-laili innal-hasanati yuzhibnas-sayyi’ati zalika zikra liz-zakirin. Pria itu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ayat ini hanya berlaku untukku?” Rasulullah menjawab, “Ayat ini berlaku bagi siapa saja dari umatku yang mau mengamalkannya.” Kisah ini disuguhkan dengan sedikit lebih detail dalam riwayat berikut. Ibnu ‘Abbas berkata, “Ada seorang pria menghadap ‘Umar untuk bercerita, ‘Ada seorang wanita mendatangiku untuk berjual beli. Aku mengajaknya masuk bilik, lalu aku melakukan sesuatu kepadanya, tetapi aku tidak menggaulinya.’ ‘Umar berkata, ‘Celakalah engkau; mungkin saja wanita itu ditinggal suaminya berjihad di jalan Allah.’ Ia berkata, ‘Benar.’ ‘Umar berkata, ‘Kalau begitu, datangi dan tanyailah Abu Bakar tentang hal ini!’ Pria itu pun menghadap Abu Bakar dan menceritakan apa yang telah dilakukannya. Mendengar cerita itu, Abu Bakar berkata, ‘Mungkin saja wanita itu ditinggal suaminya berjihad di jalan Allah.’ Abu Bakar lalu menyuruh pria itu menghadap Nabi. Pria itu lantas menghadap Nabi dan menceritakan perbuatannya. Seperti halnya ‘Umar dan Abu Bakar, Nabi pun mengatakan, ‘Mungkin saja wanita itu ditinggal suaminya berjihad di jalan Allah.’ Pada peristiwa ini turunlah ayat, wa aqimis-salata tarafayinnahari wa zulafan minal-laili innal-hasanati yuzhibnas-sayyi’at … hingga akhir ayat. Pria itu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, ayat ini khusus bagiku ataukah berlaku bagi manusia secara umum?’ Sembari menepukkan tangan ke dadanya, ‘Umar menjawab, ‘Tidak! Ayat ini tidak menjadi penyejuk pandangan untuk dirimu saja, melainkan untuk manusia secara umum.’ Rasulullah pun menegaskan, ‘’Umar benar.’”



     


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Diriwayatkan oleh al-Bukhariy dan Muslim. Lihat: al-Bukhariy, Sahih al-Bukhariy, dalam Kitab at-Tafsir, Bab wa Aqim as-Salata Tarafay an-Nahar, hlm. 1159, hadis nomor 4687; Muslim, Sahih Muslim, dalam Kitab at-Taubah, Bab Inna al-Hasanat Yuzhibna as-Sayyi’at, hlm. 2115–2116, hadis nomor 2763. (2) Sahih ligairih; diriwayatkan oleh Ahmad dan at-Tabraniy. Lihat: Ahmad, al-Musnad, (Kairo: Dar al-Hadis\, cet. 1, 1995), juz 3, hlm. 15, hadis nomor 2206; at-Tabraniy, al-Mu‘jam al-Kabir, juz 12, hlm. 215–216, hadis nomor 12931. Hadis ini bisa menjadi sahih karena banyaknya syawahid yang menguatkan kontennya, di antaranya riwayat dari Ibnu Mas‘ud dalam Sahih al-Bukhariy dan Sahih Muslim di atas, Ka‘b bin ‘Amr dan Mu‘az bin Jabal dalam Sunan at-Tirmiziy, dan Abu Umamah dalam Musnad Ahmad dan Sahih Muslim.