Asbabun Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 115 - Imam as Suyuthi : Salat Sunah Di Atas Kendaraan

  1. “Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (Rahmat- Nya) lagi Maha Mengetahui.”
    Diriwayatkan oleh Imam Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i dari Ibnu Umar berkata, “Bahwasanya Nabi shalat tathawwu’(sunnah) di atas tunggangannya kemana pun tunggangannya tersebut menuju, dan ia dari Makkah menuju Madinah, kemudian Ibnu Umar membaca firman Allah, “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat,” kemudian berkata bahwa dalam perkara inilah ayat ini turun”. (1) Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Umar berkata, “Diturunkan ayat, “maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah" agar engkau shalat tathawwu’ kemana pun tungganganmu menuju.” Dan Al-Hakim berkata hadits ini shahih atas syarat Muslim.” (2) Dan hadits ini yang sanadnya paling shahih, dan sebagian ulama berpegangan pada hadits ini, akan tetapi tidak ada di dalamnya yang jelas menyebutkan sebab turunnya ayat, akan tetapi ia berkata, “Diturunkan dalam perkara ini dan telah disebutkan riwayat yang dengan jelas sebab turunnya ayat.
    Maka diriwayatkan oleh Ibnu jarir dan Ibnu Abi Hatim dari jalur Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas , “Bahwasanya Rasulullah ketika berhijrah menuju Madinah, Allah memberikan perintah kepada Nabi untuk menghadap ke Baitul Maqdis , maka orang-orang Yahudi merasa senang, dan Nabi menghadap ke Baitul Maqdis selama sepuluh bulan lebih, dan Rasulullah sangat mencintai kiblat Nabi Ibrahim (Ka’bah), dan Nabi selalu berdoa dan menengadahkan pandangannya ke langit, maka Allah menurunkan ayat, “Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya (Ka’bah)" maka orang-orang Yahudi terheran-heran dan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Matjdis) yang dahulu mereka berkiblat kepadanya?", maka Allah menurunkan ayat-Nya, “Katakanlah: “kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat" dan Allah W berfirman, “Maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.” Sanadnya kuat dan juga makna hadits ini menguatkannya juga. Oleh karena itu, hadits inilah yang dijadikan sandaran. (3) Dan, masih banyak riwayat-riwayat tentang ayat ini tetapi derajatnya lemah, seperti:
    Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ad-Daraquthni dari jalur Asy’ats As-Saman, dari Ashim bin Abdullah bin Amir bin Rabi’ah dari ayahnya berkata, “Suatu saat kami bersama Nabi dalam suatu perjalanan pada saat malam yang sangat gelap gulita, dan kami tidak mengetahui kemana arahnya kiblat. Maka, setiap orang dari kami shalat dengan prasangka arah kiblat, dan ketika masuk pada waktu pagi kamu menceritakan peristiwa tersebut pada Rasulullah, maka turunlah ayat “maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah." At-Tirmidzi berkata, “Gharib, dan Asy’ats dilemahkan dalam hadits ini. (4) Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dan Ibnu Mardawaih dari jalur Al-Arzami dari Atha dari Jabir berkata, “Rasulullah mengutus pasukan perang, dan aku salah satu dari pasukan tersebut. Maka, kami pada suatu malam yang sangat gelap dan kami tidak mengetahui kemana arah kiblat, kemudian beberapa orang dari pasukan mengatakan, “Kami telah mengetahui arah kiblat, kiblat ke arah bagian Utara,” maka mereka shalat menghadap dan membuat garis-garis. Dan beberapa orang dari kami berkata juga, “Kiblat menghadap ke arah bagian selatan,” maka mereka shalat dan membuat garis-garis. Ketika mereka memasuki waktu pagi dan terbit matahari dan garis-garis yang mereka buat pada malam hari tersebut ternyata tidak menghadap arah kiblat yang sebenarnya, dan ketika kami pulang dari perjalanan, kami menanyakan hal ini kepada Rasulullah, maka Nabi pun terdiam dan Allah menurunkan ayat-Nya, “Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat’’. (5) Diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih dari jalur Al-Kalbi dari Abi Shalih dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah mengutus pasukan perang, pada suatu malam yang gelap gulita hingga mereka shalat tidak mengahadap ke arah kiblat, dan ketika ketika terbit matahari mereka mengetahui bahwa mereka tidak mengahadap ke arah kiblat. Maka, ketika mereka datang kepada Nabi S, mereka menceritakan hal tersebut, dan Allah menurunkan ayat-Nya, “Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat’’. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qatadah, bahwasanya Nabi S bersabda, “Sesungguhnya saudara kalian telah meninggal dunia (yakni seorang Raja Najasyah), maka shalatlah kalian untuknya. Para sahabat berkata, “kami shalat untuk seseorang yang bukan Muslim? Nabi bersabda, maka turunlah ayat, “Dan Sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah. ’’ (Ali Imran: 199). Dan para sahabat berkata, “Bahwasanya ia tidak shalat menghadap kiblat? maka Allah menurunkan ayat, “Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat.’’
    Hadits ini sangat gharib dan derajatnya mursal atau mu’dhal.
    Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Mujahid berkata, “Ketika turun ayat “Memohonlah kepada-Ku, Aku kabulkan untuk kalian’’ mereka berkata,
    “kemana?” maka turunlah ayat, “maka kemana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (6)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Shahih: Muslim (700) dalam Bab ShalahAl-Musafirin, dan At-Tirmidzi (2958) dalam Bab At-Tafsir, dan An-Nasa’i (490) dalam Bab Ash-Shalah. (2) Al-Hakim (2/267) dan ia menshahihkannya, dan juga disepakati oleh Adz-Dzhahabi. (3) Disebutkan oleh Ibnu Katsir (1/233), dan Al-Qurthubi (1/575). (4) Derajatnya dha’if, At-Tirmidzi (345) dalam Bab Ash-Shalah, dan disebutkan oleh Ibnu Katsir (1/224) dan begitu juga Al-Qurthubi (1/574). (4) Lihat sebelumnya, dan disebutkan oleh Ibnu Katsir hadits Nafi’ dari Ibnu Umar dari Nabi S bahwanya Nabi bersabda, “Antara Timur dan Barat adalah kiblat”, Ad-Daraquthni (1/271), Al- Baihaqi (2/9). (5) Lihat sebelumnya, dan disebutkan oleh Ibnu Katsir hadits Nafi’ dari Ibnu Umar dari Nabi S bahwanya Nabi bersabda, “Antara Timur dan Barat adalah kiblat”, Ad-Daraquthni (1/271), Al- Baihaqi (2/9).(6) Disebutkan oleh Al-Qurthubi (1/577) dan ia menyandarkannya kepada Mujahid dan Sa’id bin Jubair.