Asbabun Nuzul Surat An-Nisa' Ayat 94 - Imam as Suyuthi : Allah Memberikan Peringatan Agar Teliti Membunuh Lawan Ketika Perang

  1. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam" kepadamu: “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
    Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, At-Tirmidzi, Al-Hakim dan yang lainnya dari Ibnu Abbas bahwasanya ia berkata, “Seorang lelaki dari Bani Sulaim yang sedang menggiring ternaknya berpapasan dengan beberapa orang sahabat Nabi, Lalu dia mengucapkan salam kepada para sahabat tersebut. Para shahabat pun berkata, “Dia mengucapkan salam kepada kita hanya untuk melindungi dirinya dari kita.” Lalu mereka pun menyergap lelaki itu kemudian membunuhnya. Kemudian mereka membawa kawanan kambingnya menemui Nabi Lalu turunlah firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) dijalan Allah...” (1) Al-Bazzar meriwayatkan dari jalur lain bahwasanya Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah S mengirim pasukan yang di dalamnya terdapat Miqdad. Ketika sampai di tempat musuh, mereka mendapati para musuh tersebut telah tercerai berai meninggalkan daerah mereka. Hanya tersisa seorang lelaki yang mempunyai banyak harta. Ketika melihat pasukan Muslim, lelaki itu mengucapkan “Laa Ilaaha Illallaah.” Namun, Miqdad tetap membunuhnya. Ketika kembali ke Madinah, Nabi & berkata kepada Miqdad, “Bagaimana kelak engkau menghadapi Laa Ilaaha illallaah!” Dan Allah menurunkan ayat ini.” (2) Diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad, Ath-Thabarani, dan yang lainnya dari Abdullah bin Abi Hadrad Al-Aslami bahwasanya ia berkata, "Rasulullah & mengutus kami bersama serombongan kaum Muslim lain yang di dalamnya terdapat Qatadah dan Muhallim bin Jatstsamah. Lalu kami berpapasan dengan Amir bin Al-Adhbath Al-Asyja’i. Kemudian ia mengucapkan salam kepada kami. Namun, Muhallim menyerangnya dan akhirnya membunuhnya. Ketika kami sampai di Madinah, kami memberitahu beliau tentang peristiwa itu. Lalu turun pada kami firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) dijalan Allah...” (3). Ibnu Jarir juga meriwayatkan hadits yang serupa dari hadits Ibnu Umar. Ats-Tsa’labi meriwayatkan dari jalur Al-Kalbi dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas bahwasanya nama orang yang terbunuh adalah Mirdas bin Nahik yang berasal dari Fadak. Dan nama pembunuhnya adalah Usamah bin Zaid. Adapun nama ketua rombongan pasukan adalah Ghalib bin Fadhalah Al-Laitsi. Kisahnya adalah ketika kaum Mirdas kalah dalam peperangan dan hanya dialah yang tersisa. Dia bersembunyi dengan kambing-kambingnya di sebuah gunung. Ketika orang-orang Muslim berhasil menemukannya, ia pun berkata, “Laa Ilaaha Illallaah, muhammadurrasuulullaah (Tiada tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah). Assalaamu’alaikum.” Lalu Usamah membunuhnya. Ketika mereka kembali ke Madinah, turunlah ayat ini.”
    Diriwayatkan juga hadits serupa oleh Ibnu Jarir dari jalur As-Suddi. Dan Abdu meriwayatkan hadits serupa dari jalur Qatadah.
    Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ibnu Lahi’ah dari Abi Zubair dari Jabir bahwasanya ia berkata, “Firman Allah, dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam" kepadamu... ” turun pada Mirdas.” Riwayat ini adalah penguat yang hasan. (4) Ibnu Mandah meriwayatkan dari Juz’u bin Hadrajan bahwasanya ia berkata, “Saudara Miqdad datang dari Yaman menuju Madinah untuk menemui Nabi, Ketika di perjalanan ia bertemu dengan pasukan yang dikirim Nabi. Saudara Miqdad berkata kepada mereka, “Aku adalah orang mukmin.” Namun mereka tidak mempercayai pengakuannya dan langsung membunuhnya. Kemudian berita tentang hal itu sampai kepadaku. Aku pun menghadap Nabi. Lalu turun firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) dijalan Allah.hingga akhir ayat. Lalu Nabi memberikan kepadaku diyat untuk saudaraku yang terbunuh. (5)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    1. Shahih Al-Bukhari (4591) dalam Bab At-Tafsir, At-Tirmidzi (3030) dalam Bab At-Tafsir dengan sanad yang hasan.
    2. Jayyid: Al-Haitsami berkata dalam kitabnya Al-Majma’ (7/8) bahwasanyahadits ini diriwayatkan oleh Al-Bazzar dengan sanad Jayyid, lihat Fath Al-Qadir (8/107).
    3. Shahih: Ahmad (6/11), Ibnu Jarir (5/140), Al-Haitsami berkata dalam kitabnya Al-Majma bahwasanya hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabarani dan perawinya Tsiqat. Al-Qurthubi menambahkan, “Maka Nabi S mendoakan keburukan untuk Muhallim hingga ia meniggal setelah tujuh hari, kemudian ia dikuburkan, akan tetapi bumi tidak menerima jenazahnya, kemudian ia dikuburkan ditempat lain, akan tetapi bumi juga tidak menerima jenazahnya, kemudian untuk ketiga kali ia dikuburkan, akan tetapi bumi kembali tidak menerima jenazahnya, ketika orang-orang melihat bumi tidak menerima jenazahnya, lalu mereka melemparkan jenazahnya ke tempat di antara dua gunung.” Al-Qurthubi (2/1998).
    4. Disebutkan oleh Al-Qurthubi (1/1998) dan ia berkata bahwasanya ada yang mengatakan pembunuhnya adalah Abu Qatadah, ada juga yang mengatakan bahwasanya pembunuhnya adalah Abu Darda’, dan setelah itu semua ia mengatakan, “Mungkin saja semua peristiwa ini terjadi pada waktu yang berdekatan hingga ayat ini turun pada semua peristiwa tersebut.”
    Ibnu Katsir berkata (1/712): “Nama pembunuhnya adalah Miqdad bin Aswad.”
    5. Disebutkan oleh Ibnu Katsir (1/712).