Asbabun Nuzul Surat An-Nisa' Ayat 43 - Larangan Orang Mabuk Menjadi Imam Salat

Ayat ini turun berkenaan dengan seorang sahabat yang menjadi imam salat dalam keadaan mabuk. Dalam kondisi demikian ia tidak sadar telah melakukan kesalahan besar dalam melantunkan ayat Al-Qur’an.

  1. عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، قَالَ: صَنَعَ لَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ طَعَامًا فَدَعَانَا وَسَقَانَا مِنَ الْخَمْرِ فَأَخَذَتِ الْخَمْرُ مِنَّا وَحَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَقَدَّمُونِي فَقَرَأْتُ‏:‏ ‏(‏قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ)‏ لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ وَنَحْنُ نَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ‏.‏ قَالَ: فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى‏:‏ ‏(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَقْرَبُوا الصَّلاَةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ‏)‏. (1)

    Aliy bin Abi> t}a>lib berkata, “Suatu hari ‘Abdurah}ma>n bin ‘Auf menyuguhi kami makanan dan khamar. Kami pun minum hingga mabuk. Ketika waktu salat tiba, mereka mendorongku menjadi imam. Karena mabuk, aku membaca, qul ya> ayyuhal-ka>firu>n la> a‘budu ma> ta‘budu>n wanah}nu na‘budu ma> ta‘budu>n. Allah lalu menurunkan ayat, ya> ayyuhal-laz\i>na a>manu> la> taqrabus}-s}ala>ta wa antum suka>ra> h}atta> ta‘lamu> ma> taqu>lu>n.”


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Sahih; diriwayatkan oleh Abu> Da>wud, at-Tirmiz\iy, an-Nasa>’iy, al-Baihaqiy, al-H{a>kim, dan at}-T{abariy. At-Tirmiz\iy mengatakan hadis ini h}asan s}ah}i>h} gari>b. Lihat: Abu> Da>wud, Sunan Abi> Da>wud, dalam Kita>b al-Asyribah, Ba>b fi> Tah}ri>m al-Khamr, hlm. 406, hadis nomor 3671; at-Tirmiz\iy, Sunan at-Tirmiz\iy, dalam Kita>b at-Tafsi>r, Ba>b wa min Su>rah an-Nisa>’, hlm. 676–677, hadis nomor 3026; an-Nasa>’iy, as-Sunan al-Kubra, dalam Kita>b at-Tafsi>r, Ba>b La> Taqrabu> as}-S{ala>h wa Antum Suka>ra>, juz 10, hlm. 65, hadis nomor 11040; al-Baihaqiy, as-Sunan al-Kubra>, dalam Kita>b as}-S{ala>h, Ba>b S{ifah Aqall as-Sakr, juz 1, hlm. 572, hadis nomor 1828; al-H{a>kim, al-Mustadrak, juz 2, hlm. 336, hadis nomor 3199, dan juz 4, hadis nomor 7220, 7221, dan 7222; at}-T{abariy, Ja>mi‘ al-Baya>n, juz 7, hlm. 45–46. Al-H{a>kim dalam keempat riwayatnya mengatakan sanad hadis ini sahih; dan az\-Z|ahabiy setuju dengannya. Sebetulnya riwayat ini mempunyai beberapa versi, baik dari segi sanad maupun redaksinya. Dari sisi sanad, ada beberapa perawi yang meriwayatkan hadis ini secara mursal. Dari sisi redaksi, beberapa perawi berbeda riwayat mengenai siapa yang menjadi imam pada waktu itu; ada yang mengatakan ‘Aliy (misalnya dalam riwayat at-Tirmiz\iy dan Abu> Da>wu>d), ada yang mengatakan ‘Abdurrah}ma>n bin ‘Auf (misalnya dalam riwayat al-H{a>kim, dan at}-T{abariy), ada yang menyebut “seorang pria” (misalnya dalam riwayat al-Bazza>r); dan ada pula yang menyebut “sebagian kaum” tanpa menyebut nama secara spesifik (misalnya dalam Tafsi>r al-Was}i>t,} karya al-Wa>h}idiy).