Asbabun Nuzul Surat Saba' Ayat 34 - Imam as Suyuthi : Persaksian Ahli Kitab Yang Mengatak Bahwa Pengikut Nabi Akan Diawali Oleh Orang-Oran Hina Dan Miskin

  1. “Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya. ”
    Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dan Ibnu Abi Hatim, dari jalur Sufyan, dari Ashim, dari Ibnu Razin, ia mengatakan, bahwa salah seorang dari dua orang yang berserikat di dalam dagangnya pergi ke Syam, sedang seorang lagi menetap di Makkah. Ketika mendengar berita diutusnya seorang Nabi, ia menulis surat kepada temannya (yang ada di Makkah) menanyakan berita itu. Ia menerima jawaban bahwa tidak seorang pun dari golongan Quraisy yang mengikutinya kecuali orang-orang yang hina dan miskin. Setelah menerima jawaban itu, ia meninggalkan dagangannya dan meminta kepada temannya untuk mengantarkannya kepada Nabi, karena ia pernah membaca beberapa kitab tentang kenabian. Menghadaplah ia kepada Nabi sambil berkata, “Kepada apakah engkau mengajak kami?” Rasulullah menjelaskannya. Berkatalah orang tersebut, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah.” Rasulullah bertanya, “Dengan pengetahuan apa engkau berbuat demikian?” Ia menjawab, “Tidak diutus seorang nabi kecuali pengikutnya adalah orang-orang yang hina dan lemah dan orang-orang yang miskin.” Maka turunlah ayat, Dengan turunnya ayat ini, “Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” Rasulullah mengutus seseorang untuk menyampaikan berita kepada orang tersebut, bahwa ucapannya dibenarkan oleh wahyu Allah. (1)

    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    1. Lihat Ibnu Katsir (4/330).